1. Asal penciptaan wanita (Hawa)
Mengenai asal mula penciptaan wanita, Al-Quran tidak menyebutnya secara tegas dan rinci. Hanya menyebut laki-laki dan perempuan, diciptakan dari nafs (diri, jiwa atau individu) yang satu.[1] Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan daripadanya Allah menciptakan pasangannya (Hawa), dan dari keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak”.[2]
Ayat ini memberikan pengertian bahwa wanita tidaklah diciptakan dari bahan yang berbeda dari bahan penciptaan laki-laki. Dia diciptakan darinya dan masing-masing dari keduanya terlahir dari apa yang Allah ciptakan, yaitu dari Adam dan Hawa.[3]
Kebanyakan pakar tafsir memahami kata nafs dalam ayat-ayat di atas dengan Adam, seperti misalnya Jalaluddin As-Suyuthi, Ibnu Katsir, Al-Qurthubi, Al-Biqa'i, Abu As-Su'ud, dan lain-lain. Namun beberapa pakar tafsir yang lain seperti Muhammad 'Abduh, dalam tafsir Al-Manar dan temannya Al-Qasimi, tidak berpendapat demikian, Mereka memahami arti nafs dalam arti "jenis." Namun demikian, paling tidak pendapat yang dikemukakan pertama itu, adalah pendapat mayoritas ulama.
Adapun orang-orang Yahudi dan Kristen, memahami asal kejadian Hawa dari tulang rusuk Adam, dan ada diceritakan dalam Genesis (Kitab Perjanjian Lama, Kejadian II:21-22) yaitu, merupakan kitab suci yang menjadi pegangan mereka. Cerita ini disebut isra’iliyyat oleh kaum muslimin. Cerita ini mungkin saja berasal dari al-Kitab yang mereka baca dan mungkin juga interpretasi mereka sendiri. Namun demikian, dari sumber manapun cerita tersebut berasal, dalam pandangan Islam, tetap diperlukan pemahaman secara kritis.[4]
2. Pandangan ulama’ tentang asal penciptaan wanita (Hawa)
Menurut para ulama’, Allah menjadikan Hawa dari tulang rusuk Adam yang sebelah kiri, sewaktu Adam dalam keadaan tidur. Pendapat ini sebagaimana sabda Nabi SAW. :
“Saling pesan-memesanlah untuk berbuat baik kepada wanita, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah).”[5]
Hadis ini dipahami secara keliru bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, yang kemudian mengesankan kerendahan derajat kemanusiaannya dibandingkan dengan laki-laki. Namun, cukup banyak ulama yang telah menjelaskan makna sesungguhnya dari hadis tersebut.[6]
Di dalam Al-Quran, tidak dikemukakan kepada kita bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, tetapi ummat manusia di beri tahu bahwa Allah telah menciptakan pasangannya, dan bahwa melalui keduanya “Dia memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. (QS an-Nisa’ [4]:1) kata “darinya “ merupakan ungkapan bermakna ganda dalam bahasa Arab yang mengakibatkan dua macam penafsiran, masing-masing argumen yang kuat : yang satu mengartikannya “bagian” dari jiwa itu tanpa menyebut dengan tepat pada bagian yang mana, penafsiran yang lain mengartikannya “dari jenis yang sama”[7]
Adapun Abu Muslim, ia telah membantah anggapan yang mengatakan,
bahwa Hawa itu diciptakan dari rusuk Adam. Ia juga berkata: apakah gunanya
Allah menciptakan Hawa itu dari tulang rusuk, padahal Dia berkuasa menciptakan
dari tanah? Ia beranggapan, bahwa firman Allah “dan ia menciptakannya daripadanya”
itu, maksudnya: dari jenisnya.Pendapat inilah yang didukung oleh Muhammad Abduh,
dalam tafsirnya al-Manar.[8]
Karena itulah sebagian sarjana Muslim kontemporer, seperti Iqbal lebih cenderung
melihat kisah penciptaan Adam dan Hawa yang disebutkan Al-Quran sebagai kisah kiasan saja.
Kisah itu sendiri bukakanlah esensi ajaran. Yang paling fundamental adalah makna atau pesan-pesan
moral yang terkandung di dalamnya.[9]
Adapun Ali al-Sayis yang merupakan seorang mufassir dan ahli hukum Islam kontemporer,
membantah semua pendapat Abu Muslim dan mengatakan bahwa penciptaan perempuan dari tulang
rusuk telah disebut secara tegas dalam hadis yang diriwayatkan oleh dua orang Imam hadis terkenal,
yakni Bukhari dan Muslim. Kemahakuasaan Allah menciptakan Hawa dari tanah sama sekali tidak
menghalangi-Nya untuk menciptakannya dari yang lain (dari tulang rusuk).
Ali al-Syais Nampak cenderung kepada pemahaman literal dan melihat ayat-ayat Al-Quran
dan hadis pada tataran lahirnya.[10] Namun, tidak semua ulama’ memahami hadis ini secara lahir.
Kebanyakan ulama’ klasik memang memahami hadis tersebut sebagaimana adanya sehingga melahirkan
penafsiran tertentu terhadap ayat Al-Quran.Namun bukan tidak ada ulama’ yang memahaminya sebagai
kiasan saja.
Menurut Muhammad Rasyid Ridha, dalam Tafsir Al-Manar, “Seandainya tidak tercantum kisah
kejadian Adam dan Hawa dalam Genesis (Kitab Perjanjian Lama, Kejadian II:21-22) dengan redaksi
yang mengarah kepada pemahaman di atas, niscaya pendapat yang keliru itu tidak pernah akan terlintas
dalam benak seorang Muslim." Adapun tulang rusuk yang bengkok di sini harus dipahami dalam pengertian
majazi(kiasan), dalam arti bahwa hadis tersebut memperingatkan para laki-laki agar menghadapi perempuan
dengan bijaksana. Karena ada sifat, karakter, dan kecenderungan mereka yang tidak sama dengan lelaki,
hal mana bila tidak disadari akan dapat mengantar kaum lelaki untuk bersikap tidak wajar. Mereka tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat bawaan perempuan. Kalaupun mereka berusaha akibatnya akan fatal, sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok. [12]
~yg baik tetap datang dr Allah dan yg buruk dr kelemahan diri ana sendiri hamba Allah yg lemah lg dhoif.
jika tulisan di atas ada salah dan silap mohon diperbaiki. syukran kasiran=)~
[1] Zulkarnain Abdullah, Al Yasa’ Abu Bakar, Agusni Yahya, Bakti Siahaan, Yusny Saby, Asal Usul dan Jati Diri Perempuan , Banda Aceh: flower Aceh The Asia Foundation, 2002, hlm, 30-31.
[2] Al-Quran dan Terjemahannya, surat an-Nisa’, ayat 1, Bandung:, CV Penerbit Diponegoro, 2006, hlm, 77.
[3] Syaikh Imad Zaki al-Barudi, Tafsir Wanita Penjelasan Terlengkap Tentang Wanita Dalam Al-Qur’an, Jakarta: PT. Pustaka Al-Kautsar, 2003, hlm, 4.
[4] Asal Usul dan Jati Diri Perempuan , hlm, 22,27-28.
[6] http://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Quraish/Membumi/Perempuan.html#Asal
[7] Muhammad Abdul Halim, Memahami Al-Qur’an Dengan Metode Mentafsirkan Al-Qur’an Dengan Al-Qur’an, Penerbit Nuansa, 2008, hlm, 178-179.
[8] Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2008, hlm, 303.
[9] Asal Usul dan Jati Diri Perempuan , hlm, 57-58.
[10] Asal Usul dan Jati Diri Perempuan , hlm, 33-33.
[12] http://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Quraish/Membumi/Perempuan.html#Asal
0 komentar:
Posting Komentar